Ekonomi Kreatif dan Digital
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi., Dosen Pascasarjana UniversitasMuhammadiyahSolo
Indonesian Creative Cities Festival (ICCF) telah berlangsung di Ballroom Hotel Sahid Jaya dan Atrium Sahid J-Walk pada 15-20 Oktober di Yogya. Jika dicermati ini adalah wacana baru karena sebelumnya digelar dalam bentuk konferensi bukan festival. Terkait ini maka diharapkan dari gelaran ICCF dapat terbentuk persepsian yang komprehensif tentang kota kreatif masa depan yang tidak hanya dilingkupi dengan ritme digital semata tapi juga digitalisasi yang humanis sehingga interaksi manusia masih tetap terjalin dan terjamin. Harapan ini bukan tidak beralasan karena perkembangan kreatifitas yang tanpa batas pada akhirnya justru mematikan interaksi humanisme karena semua telah beralih ke model digitalisasi melalui perangkat yang multi fungsi. Bahkan tanpa sadar perangkat smartphone telah mengambil alih sebagian peran manusia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ekonomi kreatif ke depan pasti bersinergi dengan ekonomi digital, apalagi saat ini perkembangan fintech juga semakin pesat yang memberikan peran penting dalam semua bentuk transaksi, terutama yang berbasiskan online. Bahkan, tarif internet yang semakin murah semakin memungkinkan semuanya terkoneksi secara realtime online tanpa lagi terkendala oleh ruang dan waktu. Artinya, perkembangan ekonomi kreatif di masa depan pasti bersinergi dengan tuntutan terhadap ekonomi digital dan karenanya digitalisasi menjadi salah satu tuntutan dan tantangan bagi semua pelaku usaha – bisnis. Bahkan, era otda juga menuntut adanya digitalisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, termasuk misalnya dengan sistem e-government.
Peluang
Sinergi antara ekonomi kreatif yang harus berkembang sebagai identitas kota kreatif dengan ekonomi digital menjanjikan peluang, meski di sisi lain harus juga diperhatikan aspek ancaman dan risikonya. Artinya, pengembangan kota kreatif berbasis ekonomi kreatif yang bersinergi dengan ekonomi digital menarik dicermati karena terungkap ada banyak fakta yang perlu dikaji mendalam. Argumen yang mendasari tidak saja terkait dengan sosial - ekonomi - politik di era digital tetapi juga fakta persaingan dan tuntutan daya saing, termasuk juga sektor pariwisata yang lekat dengan ekonomi kreatif. Hal ini juga tidak terlepas dari fluktuasi nilai tukar rupiah dan juga perkembangan suku bunga. Oleh karena itu, mengurai persoalan diatas menjadi tantangan dunia usaha dan sekaligus peluang dicari semua celah yang ada karena sejatinya setiap celah itu sendiri akan bisa menjadi prospek yang sangat menggiurkan dari aspek profit dan peluang bisnis. Terkait ini maka tidak ada alasan untuk mengabaika pengembangan kota kreatif berbasiskan ekonomi kreatif yang bersinergi dengan perkembangan ekonomi digital kedepannya.
Ekonomi digital sejatinya juga membayangi kinerja pemerintahan Jokowi dan karenanya buku berjudul ‘Jokowinomics: Sebuah Paradigma Kerja’ memberikan gambaran betapa pembangunan ke depan, siapapun Presidennya yang menang di pilpres 2019 tidak bisa terlepas dari tuntutan - tantangan di era ekonomi kreatif dan digital karena sejatinya era ekonomi kreatif dan digital adalah bagian dari ritme kehidupan. Bahkan ekonomi kreatif dan digital telah menjadi e-lifestyle sehingga era ekonomi kreatif dan digital mengacu fakta mobilitas individu yang semakin tinggi, ketersediaan internet yang semakin cepat, layanan ‘big data’ yang menjadi kekuatan bisnis, branchless banking dan juga fenomena less cash society yang semakin jamak.
Fakta dibalik pesatnya ekonomi kreatif dan digital memberikan peluang dari setiap celah yang ada dan karenanya mereka yang jeli melihat dan memanfaatkan peluang akan bisa eksis dan bersaing secara kuat. Argumen ini menjadi keyakinan misal dari kasus wisata ketika melihat wisata bukan sekedar melepas penat dan kuliner serta foto selfie di daerah tujuan wisata tapi sejatinya wisata bisa menjadi peluang bisnis dengan menjual berbagai paket wisata yang unik, menarik dan berciri khas sehingga berbeda jika dibanding yang lainnya. Celah yang ada memberikan gambaran betapa wisata di era digital ekonomi tersedia sangat beragam dan sosmed menjadi salah satunya media untuk promosi dan bersosialisasi dengan pelaku wisata lainnya. Nilai jual ini yang akhirnya memberikan profit tidak saja secara finansiial tapi juga potensi bisnis lainnya, termasuk juga potensi dari pengembangan ekonomi kreatif melalui pasar cinderamata dan mata rantainya.
Potensi
Potensi lain ekonomi kreatif dan digital sebagai identifikasi kota kreatif maka keyakinan bahwa era digital memberi peluang tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal agar mendapatkan profit. Oleh karena itu, kepala daerah yang menang di pilkada serentak kemarin perlu memiliki visi ke depan dengan berorientasi kepada fakta perkembangan ekonomi kreatif dan digital karena daerah juga dituntut untuk mengimplementasikannya dalam ritme kehidupan di daerah. Persepsian ini secara tidak langsung memberikan nilai penting tentang pengembangan kota kreatif di masa depan. Kota kreatif yang terbentuk melalui geliat ekonomi kreatif dan didukung ekonomi digital dengan peran internet yang semakin murah dan mudah serta ketersediaan berbagai aplikasi yang memudahkan bagi layanan publik sejatinya menjadi tuntutan dan tanggung jawab daerah.
Kota kreatif berbasis ekonomi digital dan didukung perkembangan ekonomi kreatif di daerah berbasis potensi sumber daya lokal bukan hanya impian semata tetapi kini sudah menjadi kebutuhan dan karenanya semua daerah perlu memikirkan realisasinya agar ke depan perkembangan kota kreatif dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Yogya dengan segudang ide-ide kreatif dari insan-insan kreatif yang ada sejatinya bisa menjadi pelopor kebangkitan kota kreatif di masa depan. Ekonomi kreatif dan digital adalah peluang dan tantangan. Selamat datang di ekonomi kreatif dan digital, kids jaman now selamat menikmati, sedangkan papahnya kids jaman now selamat berinteraksi.