MALIOBORO (JAKA-LISA)

Malioboro....sebuah kawasan yang ada di jantung Kota Yogyakarta  dan  menjadi salah satu tujuan wisata para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik.

Malioboro memang telah menjadi salah satu ikon Yogyakarta dan selalu menjadi magnet bagi wisatawan  untuk menghabiskan waktu liburan.

Untuk menjadi sebuah tempat wisata yang apik dan menarik bagi wisatawan, maka kawasan Malioboro terus menerus berbenah diri, mempercantik wajah agar semakin menarik untuk dinikmati. Mulai dari kebersihan lingkungan, penataan pedagang kaki lima, penataaan ruang publiknya, penataan dan rekayasa lalu lintas dan sebagainya.

Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal penataan kawasan Malioboro ini tidak sendiri, namun ada kerjasama, ada sinergi dengan komunitas yang ada Malioboro, antara lain Komunitas Pedagang Kaki Lima (PKL).

Komunitas Pedagang Kaki Lima yang terdiri dari Paguyuban Lesehan Malioboro/PPLM, Paguyuban Angkringan/Padma, Paguyuban Handayani, PPMS, KPPKLY Kelompok 37, Tridharma, Pemalni, Paguyuban Pasar Sore, Trimanunggal, Pasar Senthir, DPD APKLI Kota Jogja, Paguyuban Kawasan Malioboro,   menginisiasi membuat Mascot Budaya Bersih dengan nama JAKA - LISA (Jaga Kebersihan Lihat Sampah Ambil), sebagai ungkapan rasa syukur atas 263 tahun usia Kota Yogyakarta dan sekaligus harapan agar Malioboro lebih bersih, lebih indah, lebih menarik bagi pengunjung.

Mascot JAKA -LISA ini diluncurkan pada hari Minggu, 13 Oktober 2019 oleh bapak Walikota Yogyakarta, bertempat di  trotoar depan  DPRD DIY Malioboro.

Mengawali sambutannya bapak walikota menyampaikan bahwa kawasan Malioboro ada di bawah 3 kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta, yaitu Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Gondomanan dan Kecamatan Danurejan. Untuk itu maka ke 3 kecamatan ini yang ikut membantu dalam penataannya.

Dalam sambutan selanjutnya, bapak Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menyampaikan bahwa yang terpenting bagi Malioboro adalah ada 3 hal, yaitu bersih, tertib dan aman. Bersih dari bau sampah, tertib dari gangguan dan aman dari gangguan keamanan.Tidk ada lagipedagang yang "nuthuk" harga kepada pengunjung, sebab jika ada pedagang yang masih melakukan itu, maka komunitasnya sendiri yang akan memberi sanksi kepada pedagang tersebut.

Mudah-mudahan dengan 3 hal tersebut, Malioboro semakin  banyak dikunjungi wisatawan, nyaman sebagai tempat wisata. (Nun)